Selasa, 26 Oktober 2010

PERANAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN JASMANI


  1. Definisi Dan Peranan Filsafat
Definisi konsepsional filsafat, Filsafat adalah cara berfikir manusia. Filsafat sebagai suatu system atau sistematika filsafat yaitu metafisika, ethika dan logika yang artinya secara berturut-turut adalah teori tentang kosmologi dan ontology, teori tentang nilai moral dan ajaran berfikir filosofis.
Definisi analitis operasional, pengertian tentang konsep filsafat adalah sebagai berikut:
  • Filsafat sebagai metode berfikir.
Salah satu daya jiwa manusia yang paling dapat dipercaya dan menghasilkan ilmu filsafat adalah pikir dan pikiran, teapi dikenal dengan jenis dan tingakt pikir, seperti berfikir religius, berfikir histories, berfikir sosiologis dan berfikir empiris positif serta berfikir filosofis dan berfikir spekulatif theoritis. Berfikir sinopsi adalah berfikir merangkum yaitu penarikan kesimpulan umum dari berbagai cabang ilmu pengetahuan dalam postulat atau aksiomata melalui proses abstraksi dan generalisasi. Berfikir reflektif ada;lah kebalikan dari berfikir sinopsis, dimana dari beberapa kasus individu yang diajukan berbagai macam teori dan asumsi atau spekulasi untuk bidang dan masalah kehidupanyang lain.
  • Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup
Berbagai macam sikap yang dikembangkan oleh manusia terhadap alam semesta ini. Hidup adalah pengabdian atau perjuangan untuk kekuasaan, memperoleh kenikmatan hidup, atau menyerahkan diri kepada Tuhan. Apabila suatu saat manusia mengalami krisis dalam kehidupannya, maka situasi tersebut dihadapi secara tenang da dapat menguasai diri, merenungkan secara bijaksana dan tidak dikuasai oleh kehidupan perasanya.
  • Filsafat sebagai suatu system pemikiran.
Sejalan dengan filsafat sebagai metode berfikir, maka filsafat dalam pengertian system dibagi menjadi tiga tiga aspek yang berkaitan. Tiga aspek atau kategori atau metafisika yang menjawab masalah kosmologi dan ontology, ethika yang menjkawab persoalan nilai norma tingkah laku yang baik dan tidak, yaitu teori nilai ethis yang mendasari tingkah laku manusia dan kategori logika yang menjelaskan sumber, alat dan criteria ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui berfikir logis rasional.
  • Filsafat sebagai aliran atau teori.
Variasi tentang kategori-kategori sistematika filsafat di atas, menyebabakan timbulnya bermacam-macam aliran seperti idealisme, rasionalisme, rasialisme, empirisme, pragmatisme, materialisme, eksistensi dan lain-lain.
  1. Manfaat Filsafat
Banyak nilai dan kegunaan yang kita pelajari dari belajar filsafat, sabagai berikut adalah beberapa pengertian filsafat:
  1. Merawat, melahirkan, mendewasakan ilmu pengetahuan.
  2. Mengembangkan cara berfikir rasional, luas, dan terang.
  3. Menguji kebenaran dan ilmu pengetahuan
  4. Di dalam kehidupan menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
  5. Bahwa dalam keadan masyarakat yang serba tidak pastiselalu mengalami perubahan yang cepat dan dialami individu atau akibatnya mengalami krisis bathin, meskipun bervariasi dengan telah memiliki pengetian tentang filsfat hidup dapat kiranyadikurangi dan dihindari gejala negative hidup dan penghidupan, sehingga lebih terarah dan mantap.
  6. Bahwa tingkah laku manusua tentu bertujuan dan ini pada dasarnya ditentukan oleh filsafat hidupnya, maka dari itu manusia harus memiliki filsafat agar tingkah laku lebih bernilai.
Ciri-ciri Filsafat adalah sebagai berikut:
1.       
    • Umum
    • Tidak menyangkut fakta
    • Bersangkutan denga nilai, moral, estetika
    • Kritis
    • Sinoptif, persoalan yang menyangkut keseluruhan
    • impukatif
  1. Bahaya Mempelajari Filsafat
  1. Pada saat dan setelah mempelajari filsafatkita akan dihadapkan pada kenyataan terdapatnya system nilai ganda artinya dikembangkan baik penegak hukum (law-abiding citizen) maupun pelanggar hukum (law breaking citizen) yaitu yang antara lain seperti kerja keras, sabar, keberanian, ketabahan dan kesetiaan . ini berarti bahwa seorang itu seperti pejuang atau pengacau apabila ingin perjuangannya berhasil, maka haruslah mengembangkan nilai-nilai tersebut di atas. Dengan kata lain seperti perbedaan antara kedua jenis manusia di atas tidak terletak pada tingkah lakunya, tapi telrletak pada sudut pandangnya/ tinjauannya.
  2. bahwa filosofis memberikan akibat fatal dalam kenyataan tingkah laku manusia, kenyataan hidup dan penghidupannya, baik secara/ sebagai individu atau warga negara.dengan kata lain suatu deviasi yang nampaknya tidak signifikan, tetapi menyangkut masalah yang essensial dan fundamental, dengan sendirinya menyebabkan fenomena yang jauh berbeda.
  3. Setelah mempelajari filsafat manusia merasa telah memiliki “jiwa” ilmu filsafat, manusia telah mampu berfikir filosofis, bahkan mengangkat dirinya sebagai filosof. Semakin manusia ahli teoritika maka semakin tidak etis secara filosofis. Manusia demikian ini telah masuk perangkap sikap “abulia” atau satu peristiwa dimana manusia tidak dapat mengambil sikap atau keputusan. Ia ahli ilmu filsafat tetapi bukan ahli filosof, ia alim tetapi tidak soleh, atau mungkin alirannya adalah aliran yang tidak berfilsafat.
  1. Ilmu Filsafat Pendidikan
  1. Sebagai pengetahuan normative ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau tingkah laku kehidupan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia atau tugas ilmu pendidikan merumuskan tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.
  2. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan, pendidik atau guru. Menanamkan system-sistem, norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang diunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidikan dalam suatu masyarakat.
  3. Sesuai dengan kenyataannya pendidikan berkaitan erat dengan ilmu filsafat dan pengetahuan normative lainnya. Yang dalam sejarah perkembangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan baru pada abad modern ini memisahkan diri sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yang disebut filsafat pendidikan.
  4. Ilmu pengetahuan yang dapat dimasukkan dalam pengetahuan normative meliputi agama, filsafat dengan segala cabangnya misalnya metafisika, etika, aestetika, dan logika, kaidah fundamental negar maupun kondisi kepercayaan bangsa.
  5. Menentukan dasar-dasar dan tujuan hidup yang akan menentukan dasar dan tujuan pendidikan manusia, dan selanjutnya akan menentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.
  6. Bahwa dalam perumusan tujuan-tujuan altimit dan proksimit pendidikan akan ditetapakan hakekat dan sifat hakekat manusia dan segi-segi pendidikan yang akan dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan sebagaimana yang tercantum atau dirumuskan dalam system pendidikan.
  7. Bahwa system pendidikan bertujuan merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-teknik atau pola-pola proses pendidikan dan pengajaran yang mana akan dicapai tujuan-tujuan pendidikan, dan ini meliputi problematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik pendidikan sampai pada seni pendidik.
  8. Tujuan intermediet adalah berisi norma-norma atau spiritual ethis yang akan dijadikan system nilai pendidikan atau merupakan konsep dasar nilai moral pendidikan yang berlaku disegala jenis dan tingkat pendidikan.
  9. Bahwa setiap manusia memiliki filsafat hidup atau pikiran tentang kehidupan dan penghidupannya, maka seharusnya setiap pendidik atau guru memiliki dan membina filsafat pendidikan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajarannya baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan atau dalam masyarakat.
  10. Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normative dasar-dasar tujuan pendidikan.
  1. Pendekatan-pendekatan Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi normative ilmiah, yaitu:
Pendekatan Progresif
1.       
    • Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi atau filsafat social humanisme, yang skeptis terhadap kenyataan yang metafisis transcendental
    • Kenyataan adalah perubahan artinya kenyataan hidup yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang
    • Bahwa tujuan dan dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh perkembangan tenaga pengambang sejarah atau sosial manusia
    • Bahwa antara tujuan dan alat sarana hidup dan penghidupan manusia ditentukan oleh tenaga social dan keduanya bersifaat kontinyu. Sehingga tujuan adalah alat untuk tujuan selanjutnya
Pendekatan Tradisional
1.       
    • Bahwa dasar pendidikan adalah filsafat dan ilmu pengetahuan normatif yang lain, sehingga mempelajari filsafat harus mengetahui tentang filsafat
    • Bahwa nilai norma yang benar adalah nilainorma yang absolud, universal dan obyektif
    • Bahwa tujuan yang baik dan benar menentukan alat dan sarana artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan saran yang baik pula
    • Bahwa factor-faktor pengembang dan social adalah memberikan alat dan tujuan kemakmuran hidup sebagai tujuan hidup dan pendidikan yang didasarkan pada aliran filsafat tertentu
  1. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Klasifikasi aliran aliran filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
      1. Kategori filsafat pendidikan akademik skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yang tradisional meliputi aliran paranialisme, essensialisme, idialisme, dan realisme dan kelompok progesiv meliputi progressivisme, rekontruksionisme, dan eksistensialisme.
      2. Kategori filsafat religius thheistis meliputisegala macam aliran agama yang paling tidak terdiri atas empat besar agama di dunia dan segala variasi sekte-sekte agama masing-masing.
      3. Kategori filsafat sisial politik. Kategori ini dalam sejarah dikenal bermacam aliran antara lain aliran humanisme, nasionalisme, liberalisme, sekuralisme, iasisme dan sosialisme.
  1. Manfaat Filsafat Dalam Pendidikan Jasmani
Manfaat filsafat pendidikan terdiri atas tiga asumsi dasar yang ada kaitannya dengan persoalan pendidikan
      1. Bahwa hidup tanpa perenungan apa arti dan hakekat hidup adalah suatu kehidupan tanpa bobot.
      2. Bahwa pendidikan diakui sebagai proses imprementasi maka berbeda dalam implementasi dalam ilmu fisika. Eksperimentasi pendidikan dan social berhasil tidaknya tidak mudah atau tidak segera kita ketahui dan kita buktikan.
      3. Apabila berbuat salah tetapi tahu dan sadar akan letak kesalahannya lebih baik daripada berbuat baik tetapi tidak tahu kesalahannya.
Apabila ketiga asumsi di atas dan tidak terlalu salah maka dikemukakan beberapa nilai yang mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan antara lain sebagai berikut:
  • Memberi kesempatan pada guru penjas untuk mengadakan perenungan mendalam, atau berteori, betapapun kurang atau belum sempurnanya teori tersebut.
  • Membiasakan kita berfikir kritis dan reflektif.
  • Memberikan pengertian yang mendalam tentang problema-problema essensial dan dasar-dasar pertimbangan mana yang harus digunakan untuk menyelesaikan problema tersebut .
  • Memberikan kesempatan pada pendidik/ guru untuk meninjau kembali pandangan filsafat pendidikan yang selama ini diyakininya.
  • Berdasarkan banyaknya pandangan tentang dasar-dasar dan tujuan pendidikan, maka dituntut pada setiap guru untuk meninjau kembali secara terbuka, bebas, kritis, reflektif terhadap segala macam perbedaan tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar